Jumat, 30 Mei 2008

7 ciri Web yang tidak Efektif


Setelah saya membaca buku “The 7 Habits of Highly Effective People”, maka saya termenung apabila ide-ide tersebut sebenarnya dapat diterapkan pada situs web. Mengapa? Karena saya memandang situs web itu sebenarnya bak orang di dunia maya, jadi bukan sekadar brosur atau katalog mati yang jarang di-update atau tidak bernyawa. Sebenarnya 7 “habits” itulah yang diperhatikan oleh Stephen Covey selama lebih dari lebih dari 25 tahun pengalamannya dalam bisnis.


Sebelum akhirnya muncul “habit” yg ke-8. Terus terang kita semua setuju bahwa kemunduran sumber daya manusia pada suatu korporasi adalah hal yang ditakuti oleh seorang CEO. Karena ini mengakibatkan kemunduran, yang berujung pada profit dan growth. Nah bagi suatu organisasi atau individu yang mengandalkan situs web yang berperan di ujung tombak dalam menghasilkan branding dan revenue seharusnya juga concern juga, maka dalam konteks ini, peranan sumber daya yang dimaksud adalah menjadikan web bak sumber daya manusia itu sendiri.


Andaikata pula Anda mendapati adanya suatu resource yang bakal mampu meningkatkan customer loyalty, termasuk juga menurunkan overhead cost untuk customer support, apakah Anda tidak melirik untuk memanfaatkannya? Sebenarnya asalkan kita tahu memerankan situs web sebagai suatu resource tersebut, maka akan mendatangkan potensi yg besar yang saat ini tidak banyak organisasi memaksimalkannya, kecuali hanya sebatas “nongol” secara online, dan memiliki web sebatas brosur online saja di tempat antah berantah di dunia intangible.
Terus terang banyak sekali organisasi mengidamkan ”effective websites”, paling tidak, walaupun tidak memiliki memiliki ”highly effective websites”, benarkah?


Banyak perusahaan memang secara relative berhasil menciptakan situs web yang menarik secara visual, namun tidak mampu menciptakan hasil yang diharapkan. Bayangkan saja mendatangkan pengunjung ke situs web itu saja sudah sulit, nah setelah mereka mendarat ke situs web Anda, tak terhitung kebanyakan dari mereka terbang tanpa kembali dan tanpa meninggalkan jejak, boro-boro akhirnya memesan barang dari perusahaan pemilik web tersebut. Para empunya situs web garuk-garuk kepala dan terheran-heran sudah sejauh mana situs web menghasilkan revenue bagi perusahaan, mengapa sudah 5 tahun sejak memiliki situs web, terus saja situs web tsb belum bisa mandiri secara financial.


Sehingga banyak dari antara mereka bertanya; Bagaimana Anda dapat menjamin situs web yang Anda buat menghasilkan results sesuai yang diharapkan?


Mungkin menarik kalau kita bicarakan dan diskusikan secara terbalik bagaimana prinsip brilian dari “The 7 Habits of Highly Effective People” diterapkan pada salah satu makhluk hidup di dunia maya, situs web sehingga menjadikannya asset yang lebih berharga dalam meningkatkan brand awareness, customer retention dan akhirnya menggiring qualified leads yang berujung pada pelanggan, karena itu ini dia 7 kebiasaan yang membuat suatu situs web tidak efektif.


BISU DAN TULI


Ini adalah habit 1, yang tidak dimiliki oleh kebanyakan para pemilik situs web. Tidak memahami karena alasan apa dan apa yang menyebabkan audiens mendarat di situs web. Mereka tidak mampu mengantisipasi pikiran dari target audiens yang mengetikkan produk yang mereka jual, yang seharusnya ini merupakan prioritas untuk memahami bagaimana hingga mereka bisa mengunjungi suatu situs web.
Asal Anda tahu bagaimana produk dan bisnis Anda diwakili oleh kata-kata, dan apakah frase tersebut adalah frase yang muncul di benak calon kastemer Anda, maka Anda memenangkan pikiran (mind) mereka. Mindshare adalah langkah awal untuk merebut marketshare di dunia maya.
Ada berbagai perangkat online dan desktop yang dapat membantu Anda menangkap persepsi pasar apabila mereka ingin mencari produk Anda, dan dengarkan serta ikuti apa kata mereka.


LUNTANG-LANTUNG TANPA TUJUAN


Tanpa habit ke-2 ini, maka kebanyakan situs web walaupun sudah berusia 5 tahun, akan tetap mengemis secara financial kepada para pemiliknya untuk mampu tetap exist di dunia maya. Sebenarnya pengalaman mereka yang sukses adalah situs web mampu menyediakan sarana yang terarah untuk menggiring calon prospek yang akhirnya masuk ke dalam sales process entah fullfilment-nya secara offline atau pun online. Quo Vadis sir? Sebenarnya yang harus ditanyakan oleh siapa pun yang akan membangun proyek web untuk meraih hasil yang diinginkan demi efektivitas yang optimal.


NO PRIORITY ; NO CUSTOMERS


Yang saya lihat ada dua hal apabila pelanggan beralih ke perusahaan pesaing, yaitu soal perasaan. Ya perasaan mereka kurang diperhatikan dan perasaan bahwa manfaat meneruskan bisnis dengan Anda tidak sebanding dengan overhead cost-nya.
Juga fakta bahwa tidak mengutamakan pengalaman mendarat dari audiens Anda. Sulit untuk menjalankan audience retention. Jauh lebih sulit menarik audiens masuk ke situs web korporat Anda dibandingkan mempertahankan mereka dengan selalu keep in contact, jadi mengapa harus bersusah-susah mencari audiens baru sedangkan yang lama diabaikan? Perasaan, ya sekali lagi perasaan audiens Anda diabaikan.


KURANG PENGHARGAAN TERHADAP HAL KECIL


Sekecil apa pun informasi yang diberikan oleh audiens web Anda sangat berarti. Dan ini mampu memberikan win-win relationship antara suatu organisasi dan pelanggannya. Umumnya habit ke-4 ini juga yang tidak diperhatikan. Memang kita secara bawaan sering tidak menghargai hal kecil. Padahal ini barometer kita bisa menghargai hal yang besar.
Lihat saja buktinya, banyak situs web menerapkan prinsip registration di awal, padahal itu semua membutuhkan kepercayaan sebelum seorang audiens mau memberikan informasi tentang dirinya ke dalam halaman web registrasi. Konsep ini saya melihat ibarat, seorang pria yang mengharuskan dilakukan “tunangan” dahulu kepada seorang wanita untuk bisa dijadikan pacar. Luarbiasa kalau ada yang mau!

MASA BODOH


Mekanisme capture dan feedback, memang sangat penting bagi suatu situs web untuk menganalisa keefektifan situs web Anda, tetapi saya terus terang bahwa ada metode lain yang sebenarnya dapat Anda manfaatkan untuk mencari tahu mengapa audiens Anda tidak memberi tahu apa yang mereka sendiri tidak tahu.
Cari tahu apa yang audiens Anda cari di situs web Anda dengan memeriksa “search strings”. Habit ke-5 inilah yang juga diremehkan sebagai cara untuk memahami apa yang audiens web Anda inginkan.


TIDAK ADA DIALOG TIMBAL-BALIK


Banyak pemilik web tidak memanfaatkan teknologi personalisasi web yang memungkinkan suatu situs web menciptakan “dialog” secara individu dengan audiens web. Dialog ini sebenarnya dapat mengingatkan “mantan” audiens web Anda yang sudah lama tidak berkunjung atau melakukan kontak dengan Anda.
Teknologi personalisasi ini pun memungkinkan Anda melancarkan pesan-pesan yang unik dan berbeda kepada audiens web yang berbeda pula. Cuma sayang saya melihat, pemilik situs web meremehkan kekuatan frase dalam proses sales process.
Konsep dalam habit ke-6 ini sebenarnya dikenal juga dengan istilah episodic marketing, maksudnya menempatkan sang audiens ke proses perilakunya dalam suatu waktu “episode”.

KALAU TIDAK INI, YA ITU


Seorang marketer biasanya - saya perhatikan – menyukai urusan metrics dalam mengambil setiap keputusan. Tes ini atau itu membantu marketer memahami keefektifan dari konten webnya.
Dengan tidak menerapkan seven habits yang membuat situs web tidak efektif ini akan membuat organisasi Anda mengalami peningkatan dalam audience loyalty dan kepuasan tentunya dan menghemat biaya Anda dalam membiayai customer support dan keefektifan yg sama pada online campaign Anda.
Sebenarnya konsep yang dibawakan oleh Covey bukanlah hal baru, namun memang berkembang seraya waktu dan masuk ke platform online. Berkat adanya dukungan content management dan aplikasi personalisasi, suatu situs web dapat menghasilkan profit bagi pemiliknya.
Jadi mengapa kebanyakan situs web tidak atau kurang efektif, itu semua berpulang dari pemiliknya yang juga harus menjadi manusia yang efektif dan mengimplementasikannya pada makhluk online-nya, web.


semoga bermanfaat


Kamis, 29 Mei 2008


Today rather somewhat disappointed, because evidently after registered became the member adsense with rather was difficult, I did not receive permission installed the advertisement adsense in blog I.
Why?
Evidently because of the language that I with not English.
Oh.. finally will want to not want me to have to study English from now.
Previously my grandfather had said "my child, if you could one language meaning that you had one world, and if you could 4 languages, you had 4 worlds, oh just is felt now, evidently not the world, money will also take sides with the person who understood many languages, at least English."
Thank you grandfather for the advise. your grandchild will study again

Senin, 26 Mei 2008

Belajar Jualan


















Kemaren saya coba pesan 200 EA sticker Friendster, sebenarnya sudah ada salah satu web yang menjual stiker semacam ini, tapi saya nggak tahu persis mana yang lebih bagus.
Kalau menurut penilaian pribadi sepertinya nggak ada bedanya sih, ( ini omongan dari penjual ehehe. ) Tapi ada nilai lebihnya, yaitu harga yang yang saya tawarkan lebih murah dan teman teman yang minat bisa beli tanpa minimum order.
Sebenarnya cuma tertarik ingin punya sticker F/S saja, tapi kalau beli online, kok lebih gede o/kirimnya. Akhirnya iseng suruh teman buat sticker.
Selain nanti di pakai sendiri juga bisa di jual ke ABG 2 yang lagi demam FS.
Nggak di sangka ada sales baru yang mau ikutan jualan sticker, si Satrio, anak pertama. sekarang umurnya baru 8 tahun.
Beberapa hari yang lalu, Satrio memang ingin beli buku komik Naruto, padahal baru saja beli buku komik donald.
Meski dengan berat hati saya tolak keinginannya beli komik naruto, saya ingin anak ini tahu bahwa untuk mendapatkan sesuatu dia harus sabar dan berpikir bagaimana caranya bisa mendapat yang dia inginkan.
Saya khawatir jika terlalu di beri kemudahan akan membuat Spirit Fighternya lemah. Padahal itu senjata untuk bertahan di semua keadaan.
eh tiba - tiba tadi pagi mau berangkat sekolah dia minta jatah sticker untuk di jual ke teman temannya. Ide yang bagus.
Satrio sempat beberapa bulan nggak tertarik belajar jualan, masalahnya dulu pernah jual coklat di sekolahnya, ternyata wali kelasnya menegur agar Rio tidak jualan.
Lucunya malah kami mau di panggil ke sekolah, bukan untuk di tegur tapi untuk di ajukan mendapat keringanan. hehehe . Pas ada tetangga yang anaknya juga sekolah di situ memberi tahu keadaan kami, usulan tadi di batalkan. Tapi tetap Satrio di larang belajar menjual di sekolah.
Saya bisa menyadari hal tersebut, karena kedua orang tua saya juga pendidik, dan ada semacam batasan bahwa seorang pendidik kurang pantas kalau jualan. Makanya saya dulu kalau jualan waktu sekolah takut ketahuan ortu.
Dan sekarang jaman mulai berubah, Anak harus di didik mencari uang sejak dini, meskipun orang tua mampu membiayai. ( mas Robert T K yang kasih pelajaran ini).
Saya pikir dengan belajar menjual, Rio bisa melihat potensinya dalam bernegosiasi, dan mencari teman baru.
Kalau di hitung 2 lagi saya kalah start sama Rio, dia sudah jualan majalah bekasnya sejak kelas 1, sedangkan saya baru kelas 2 sma berani menawarkan barang.
Semangat terus Boy. Sukses bersama orang yang berani.
WOW today
Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi. Jadilah seperti yang kamu inginkan, kerna kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan. (unknown)

Minggu, 25 Mei 2008

GOD BLESS .. I MISS U




Musik favorit saya waktu sekolah salah satunya adalah ROCK. pada waktu itu hanya ada beberapa groub band Rock yang terkenal, dan setiap lagunya tidak mudah hilang di telan waktu seperti sekarang.

Sebut saja GOD BLESS, semua orang yang merasa generasi bunga ( tahun 70 - 80 an ) pasti sangat kental dengan nama ini.

Groub musik Rock yang di dukung oleh Achmad Albar ( Vokal ). Ian antono, Donny Fatah Gagola, EEt Sjahrani, Teddy sujaya, pasti tidak akan terlupakan sepanjang sejarah Rock Indonesia.

Dulu, saya dan teman - teman tidak pernah absen menikmati lagu 2 GodBless, tentunya sambil ikutan teriak 2. kebetulan salah satu teman kami adalah anak kepala PTPN jadi rumah dinasnya bergaya belanda dan sangat luas, selain itu di dukung sound system asli dari jerman yang membuat suasana seperti sedang ada konser rock. Kebetuan kami masuk sekolahnya siang hari, sehingga dia harus menjaga rumah sendiri ketika kesua orang tuanya kerja.

Suatu kenangan tersendiri bersama Godbless ketika itu. Sampai sekarang, kalau saya dengar lagu Semut hitam rasanya ingin ikutan teriak. hehehe..

Sayangnya Idola kami sudah mulai pudar eksistensinya di dunia Rock. Sampai hari ini, kalau mudik lebaran dan ketemuan teman lama, kadang kami tetap saja ngobrol soal Godbless sambil dengerin lagunya.

Bagaimanapun, Godbless tetap menjadi legenda Rock Indonesia. Membangkitkan semangat untuk terus maju. Semut Hitam semut hitam yang berjalan... melintasi sgala rintangan..

Tapi ironis juga lagu God Bless ini, ada satu lagu yang berlirik..

sepinya hidup dalam penjara ……

tak juga hilangkan ……..

rasa sesal dan rasa bersalah ….bayangmu … wajahmu … datang menggoda …..

ternyata Bung Achmad benar benar merasakan sepinya penjara.

Bravo God Bless...

Kamis, 15 Mei 2008

Jangan Remehkan bisnis recehan



Hampir setiap minggu pagi, atau kalau hari libur saya dapat tugas rutin ngantar istri beli ketan. Lokasinya kira kira 10 menit perjalanan dari rumah. yach itung itung sambil cari udara pagi. Apalagi memang ketan langganan istri tersebut lumayan enak kalau di nikmati pagi hari.

Warung ketanya tidak terlalu bagus, bahkan terkesan seadanya. Selain melayani orang yang membeli untuk di bawa pulang, Ibu tadi juga menyediakan tempat khusus bagi yang ingin nongkrong sambil menikmati kopi panas.

Hemm.... ngobrol, ada ketan dan kopi panas, suatu cara yang murah untuk rileks.

Tapi kemaren saya dan istri mencoba mengamati berapa orang yang membeli ketan di warung itu dalam waktu 1 jam, maklum harus menunggu antara 30 s/d 60 menit untuk mendapat giliran di layani. Apalagi kalau pas hari minggu, rasanya kaki terasa hampir mati rasa nunggu giliran beli.

Setelah sampai di rumah kami langsung menyantap sambil mengingat berapa orang yang datang di warung tadi. Wah kalau di hitung ternyata angkanya lumayan dahsyat, setiap orang yang datang ke sana hampir beli tidak hanya satu bungkus, tapi minimum 5 bungkus sampai 10 bungkus, taruhlah kita rata - rata beli 7 bungkus. Hal ini mungkin karena harganya yang sangat murah, hanya Rp 1000 per bungkus dan tersedia beberapa alternatif lain.

Dan dalam satu hari biasa kira kira ada 50 orang dan pada hari libur bisa sampai 100 orang.

kalau di hitung Rp 7000 x 50 orang = Rp 350.000,- dan jika ibu tadi hanya ambil 30 % dari omzet berarti setiap hari dia mendapat keuntungan bersih Rp 105.000 setelah di hitung biaya operasional. di kalikan 30 hari = Rp 3.150.000,- angka yang lumayan untuk warung yang sangat sederhana dan hanya buka sampai jam 10 siang dan di tangani seadanya.

Coba saja dia buka beberapa cabang di pojokan kota, dan di beri brand sendiri ,wah pasti makin kaya, tanpa terlalu banyak bekerja. semoga ibu tadi makin sukses dan karena usianya yang sudah agak senja, moga - moga ada generasi kedua yang melanjutkan bisnis tersebut, agar acara sarapan ketan setiap liburan jadi tradisi kami dan orang 2 di kota kami.

Wow today :

" Many of life’s failures are people who did not realize how close they were to success when they gave up ". ~ Thomas A Edison

Chalenging our selves


Tadi pagi dengarkan radio sambil nemenin anak main, saya tertarik dengan salah satu artikel yang di uraikan oleh salah satu bintang tamu. Ceritanya tentang seekor gajah.
Ada Seorang petani menemukan seekor anak gajah. Rupanya anak gajah ini tertinggal dari induk. Gajah itu dirawat dengan baik oleh petani. Karena tidak memiliki kandang yg cukup besar.
Akhirnya si gajah diikat di sebatang bambu dg rantai kecil.
Hari demi hari gajah tumbuh menjadi besar, dan keinginan naluriah hewani untuk bebas pun semakin besar. Setiap hari gajah yg sedang beranjak dewasa ini mencoba menghentakkan kakinya tuk lepas dari rantai yg mengikatkan salah satu kakinya ke bambu. sekali, dua kali tiga kali.....
Tetap tidak bisa, bahkan beberapa bagian kakinya mengalami luka. Lama kelamaan keinginan tuk melepaskan diri dari ikatan rantai tersebut mulai surut dan akhirnya hilang.
Setelah gajah menjadi dewasa , dia tetap terikat pada sebatang bambu seperti ketika ia baru ditangkap dulu. Padahal, dengan sekali hentakan saja, rantai tersebut sebenarnya bisa putus. Mengapa tidak bisa dilakukan? karena didalam benaknya dia sudah merasa gagal dan tidak mungkin bisa memutuskan rantai tersebut.
Hal ini juga sama dengan kita, semakin lama kekuatan dan keyakinan kita terkikis oleh ketakutan dan pikiran kita sendiri, Padahal... kita mempunyai potensi yang sangat besar untuk meraih impian yang kita inginkan.
Bagaimana dengan kita ?, sudahkah kita menantang diri kita untuk melakukan sesuatu yang berbeda dan belum pernah kita lakukan ? Let's Chalengging Our selves !
Semoga bermanfaat.
Words of wisdom today .
" Jadikan segala sesuatunya sesederhana mungkin, bukan lebih sederhana".(Albert Einstein)